Minggu, 08 Desember 2013

Bukan Cinta Biasa!!!


            Kamu tau cinta itu bisa membuat bahagia dan tiba-tiba membuat kita sakit? Kamu tau cinta akan tiba-tiba datang dan tiba-tiba pergi? Dan kamu tau karena cinta bisa saling membenci? Tapi kenapa kau masih disini untuk menunggu cinta?
“kamu mau jadi pacar aku?” kata-kata itu terucap saja dari mulut indah seorang gadis, yang sudah cukup mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan isi hatinya yang sejak lama ia pendam. Tapi ternyata laki-laki dihadapannya hanya diam seperti tidak mendengar perkataan yang barusan dilontarkan untuknya. Hening sesaat antara mereka berdua dan hanya saling bertatapan. walau pun hiruk-pikuk keadaan dijalan sore itu sangat ramai. “gimana dra?” lanjut gadis itu bertanya kembali pada Andra. Hening pun pecah disertai getar hati yang tak tertahankan. “maaf aku gak bisa.” Ujar Andra pada gadis dihadapannya, membuat air mata tiba-tiba sudah menggenang dikelopak mata sang gadis. Terlihat ia menahan sebisa mungkin agar air mata itu tidak jatuh menetes. Andra hanya melihat lurus dan tanpa sedikit pun iba pada gadis dihadapnnya.
“apa sudah? Kalo sudah aku akan masuk kembali. masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.”
“em…” gadis yang berada dihadapan Andra hanya mengangguk tanpa berkata apa-apa. karena dia tau jika dia mengucapkan beberapa kata lagi air mata itu akan tumpah dari kelopak mata yang sudah ditahan sejak tadi. Andra membalikan badan tanpa menoleh lagi kebelakang dan kembali ketempat kerjanya yang beberapa meter dari tempat mereka berdiri, Dan gadis itu pun pergi dengan perasaan yang hancur, sekarang air matapun telah tumpah tanpa sepengetahuan orang yang ia cintai, air mata yang sudah tidak bisa tertahan lagi dikelopak matanya. Setelah ini mungkin tempat itu akan kehilangan satu pengunjungnya.
            Karena bukan dia, hanya dia yang sangat 
aku inginkan dan aku akan menunggu akan selalu menunggu untuknya. Pikir Andra saat kemabli masuk café.
“demen banget bikin anak orang nangis.” Ujar Dimas sahabat Andra yang berkerja sama membuat café ini. Andra hanya tersenyum muram.
“padahal terima aja, cantik gitu kayanya baek lagi.” Dimas meyakinkan.
“udah jangan dibahas lagi, pesenan masih banyak cepet bikini.” Protes Andra.
“okeeeey… okeeeey…” Dimas tampak menyerah untuk meyakinkan sahabatnya itu. Lalu ia pergi kedapur untuk membuat semua pesanan untuk para pelanggannya.
“dim… Meja 8 pesan Decaf Espresso sama Cappuccino.” Teriak Andra.
“Meja 2 Pesan Fruit Panckes. Mar tolong catet pesanannya, gue mau bantu Dimas di dapur.” Amar segera mengambil alih pekerjaan Andra, Amara adalah salah satu pegawai yang berada di café ini. Andra dan Dimas berhasil membuat sebuah café yang akhir-akhir ini banyak diperbincangkan orang-orang karena cita rasa masakan dan suasana tempat yang sangat nyaman.
Andra dan Dimas mereka sangat cekatan dan terampil dalam hal memasak, walau pun mereka tidak pernah bersekolah dalam bidang kuliner, Tapi keterampilan dan keahlian memasak mereka berdua tidak bisa diremehkan.
“bang Andra Meja 2 tambah Fruit Panckenya satu lagi.”
“bang Andra Sandwiches 1 buat meja 9.”
Terlihat tidak ada meja yang kosong di café mereka, setiap malam selalu penuh dan rami dengan orang-orang yang didominasi anak muda. Memang mereka berdua memperuntukan café ini untuk para anak muda.
“Decaf Espresso and Cappuccino, untuk meja 8.” Teriak Dimas.
Satu persatu pesanaan sudah keluar dan sudah berada dimejanya masing-masing. Andra dan Dimas keluar dari dapur dan melihat wajah-wajah pelanggan yang puas. Di café mereka ada 2 orang pekerja yang satu bernama Amar dan Anna, satu-satunya gadis diantara mereka bertiga. Amar kadang berada di dapur bersama Dimas dan Andra mencataat pesanan para pelanggan. Kadang mereka bertukar posisi Dimas mencatat pesanan, Andar dan Amar berada di dapur, atau seperti barusan. Hanya Anna yang tidak pernah berganti posisi, dia selalu berada dikasir.

            Waktu telah menujukan pukul 10.30 malam, dan satu persatu para pelanggan meninggalkan café.
“terimaksih, datang kembali.” Suara ramah dibarengi dengan senyuman dari Andra didepan pintu café.
“ayo bersiap untuk pulang.” Seru Dimas.
“yaaaaaa…” teriak mereka bersemangat.
Mereka berempat sudah berada di depan café bersiap untuk pulang kerumah masing-masing. Café sudah gelap dan suara lantunan musik pun telah hilang berganti suara tiupan angin malam yang hening.
“maksih ya.” Ujar Dimas pada Amar dan Anna, “hati-hati dijalan.” Sambil melempar senyum simpul. Mereka berpisah didepan café seperti biasa. Dan seperti biasa pula Andra dan Dimas pulang bersama karena rumah mereka berdekatan.
“dingin banget malam ini ya?” Dimas membuak pembicaraan.
“banget… Besok cerah kayanya.”
“gw ngitung cewek-cwek yang lu bikin nangis, dan ternyata gw gak bisa ngitung kebanyakan. Dari Devi, Mia, Mayang, Vina, Agnes, Sari, sapa lagi ya? Eh tapi yang tadi sore siap tuh?” Dimas pensaran.
“udah deh jangan dibahas lagi, males ah.” Protes Andra.
“Cuma pengen tau namanya aja Bro.” kata Dimas dengan nada menggoda.
“Adinda.” Kata Andra singkat.
“Owh… Adinda.”
“kenpa?” Tanya Andra sedikit ketus.
“engga kenpa-kenapa.” Dimas tersenyum, dan dia tau kenpa Andra selalu seperti ini. Karena dia tidak bisa melupakan cintanya, cinta yang membuat dia seperti ini, cinta yang menurut Andra bukan cinta biasa. Tapi menurut Dimas, ini cinta yang menyakitkan.

            Perkiraan cuaca dari Andra terbukit benar, cuaca hari ini sangat cerah tak berawan. Terpampang langit biru indah dan matahari bersinar dengan semangatnya. Andra dan Dimas datang lebih awal dari pada 2 pegawainya, karena hari ini giliran mereka untuk berbelanja.
“siang.” Seseorang yang tiba-tiba datang.
“yoooo…” jawab Diamas yang berada diekat pintu sambil menurun-nurunkan kursi dan tanpa menoleh arah suara itu berasal. “Na, tolong rapiin dapur ya. Sama tolong bersiin sayurannya semua.” Sambung Dimas.
“Maaf?”
“ya langsu… eh.” Dimas tertegun sebentar tampak kaget melihat orang yang baru datang, dan Dimas tidak asing lagi dengan gadis yang baru datang ke cafénya. Dan sepertinya ini akan ada badai.

            Mereka berdua mengobrol di tempat duduk yang langsung memandang kearah jalan yang belum terlalu ramai, Amar dan Anna berbarengan memasuki ke café.  
“temen lama.” Dimas menjelaskan pada mereka berdua, dan mereka hanya tersenyum dan mengangguk, gadis yang sedang berbicara dengan Dimas pun membalas senyum mereka berdua.
Andra beleum mengetahui siap yang datang pada siang hari ini dan sedang bercakp-cakap dengang sahabatnya, Dimas pun tidak mencoba memanggil Andra yang berada di dapur.

Saat mereka berdua sedang berbicara tiba-tiba ada suara kaleng yang terjatuh dilantai didekat meja kasir tersenggol tangan Andra yang berada diantara tempat duduk mereka berdua, dan terasa sedekat itu pula Andra dengan gadis itu sekarang. Sosok yang tidak terlupakan, sosok yang selalu punya tempat special dihatinya, manusia yang terindah menurut Andra, dan sosok yang selalu ia tunggu begitu lama, hatinya kembali bergetar dan dia merasa jatuh cinta kembali saat itu juga, Pada pandangan yang belum begitu lama saling bertatapan.

Andra merasa serba salah dihadapannya. mencoba membetulkan letak leher kemejanya dan menyisir rambutnya dengan tangan. merasa sekujur tubuhnya menjadi lemas tidak bisa melangkah, lidah pun menjadi kelu tak bersuara. Hanya bisa mematung disamping meja kasir.
“sini dra.” Dimas memanggil Andra yang sedang mematung. seketika badannya bergerak menghampiri mereka berdua seperti kerbau yang sedang dicocok hidungnya. Andra tepat berada diantara meja mereka berdua dan masih tetap diam.
“Hai Olivia… lama gak ketemua.” Andra mencoba bersuara.
“canggung banget sih.” Seru Olivia “tapi kamu keliataan sehat sekali, aga gemuk sekarang.” Olivia tersenyum pada Andra seketika hatinya runtuh. “ayo duduk, masa yang punya café bediri aja.” Olivia kembali tersenyum dan hati Andra kembali runtuh. Andra duduk didekat sahabtnya Dimas. Dan mereka sekarang saling berhadapan satu sama lain dan saling bertatapan.
“kamu gak berubah. ” Ujar Andra.
“masa sih? Aku agak langsing tau.” Protes Olivia yang berada dihadapan Andra dan Dimas.
“ada apa nih? Tiba-tiba kesini jadi kaget.” Giliran Dimas bersuara karena sahabatnya saat ini sedang sibuk dengan pikirannya sendiri.
“lagi pulang aja kangen sama Indonesia and kangen sama Bandung. katanya di daerah sini ada café yang masakannya enak dan tempatnya keren” Olivia mencoba menjelaskan. “and. Memang keren tempatnya, Tapi aku beleum nyobain makanannya jadi belom bisa bilang enak.” Olivia tersenyum.
“kok tau kita yang punya ini café?” ujar Dimas penasaran.
“itu namanya café nya jelas gitu kok. DimDra, dan aku liat ada kalian berdua.” Olivia tertawa kecil Dan Dimas mengangguk mengerti.
“pinter juga kamu.” Dimas memuji sambil tersenyum.
“tunggu bentar kita mau siap-siap buat buka café dulu, Nanti kita bikinin makana yang paling special disini. Kamu santai dulu aja.” Kata Dimas kembali, sesekali Dimas melihat Andra yang diam dengan tatapan sendu.
“tapi kayanya aku harus pergi dulu. Nanti sore aku balik lagi.” Jawab Olivia.
“Ya udah kalo gitu, kita tunggu nanti sore.”
Olivia pun beranjak dari tempat duduknya, melangkah menuju pintu keluar café. Sebelum pergi dia hanya memberikan senyum pada teman lamanya itu dan melangkah pergi meninggalkan café. Andra menatap lekat-lekat punggung seorang gadis yang selalu ia tunggu dan sekarang kembali pergi tapi hanya untuk sementara. Semoga. Harapan Andra dalam hati.

            Tidak seperti biasanya Andra selelu melihat pintu masuk, karena hari ini ada orang yang ia tunggu. Waktu terasa lama berjalan dia sudah tidak sabar bertemu dengan Olivia orang yang selalu ia tunggu selama ini. Orang yang menyebabkan Andra selalu menolak para gadis yang mendekatinya.
Akhirnya orang yang ia tunggu datang juga membuka pintu café dan berjalalan masuk mencari tempat duduk kosong. Andra segera menyambut kedatangan Olivia dan mengantarnya ketempat duduk yang khusus yang ia siapakan untuk Olivia.
“pesen apa nih?” Andra bertanya.
“katanya mau bikinin menu special buat aku.” Olivia menjawab dengan suara manja.
“okeeeey. Tunggu ya.” Ujar Andra. Dimas memperhatikan Andra sahabtanya dari balik dapur. Kecemasan Dimas kembali timbul seperti tadi siang saat dia bertemu pertama kali dengan Olivia. Tapi Dimas mencoba membuang pikiran-pikiran itu jauh-jauh.

Mata Olivia memperhatikan setiap sudut yang berada di café, dari interior, lampu-lampu, tata letak meja. Berhasil membuat Olivia terkagum-kagum. Ada yang diam-diam memperhatikan Olivia, tidak percaya orang yang sudah ia tunggu datang kembali dihadapannya. Andra merasa ini adalah kesempatan kedua yang diberikan oleh tuhan untuknya, untuk membuat Olivia cinta padanya. Andra kembali menumbuhkan perasaan bersama Olivia yang dulu pernah ia rasakan.

Olivia datang ke café DimDra bukan untuk terakhir kalinya, Olivia selalu datang setiap hari ke café walaupun hanya untuk sekedar menium kopi atau berbincang dengan dua sahabat lamanya. Dan sekarang Andra telah merasa dekat kembali dengan Olivia, mereka semakin rutin untuk pergi bersama. Andra merasa Olivia meraskan hal yang sama seperti yang ia rasakan sekarang, terlihat dari tatapannya yang tidak pernah berhenti menatapnya dan selalu memperhatikannya. Andra seakan berada dalam mimpi saat ini, Dan ingin ini menjadi kenyataan selalu bersama dengannya. Olivia.

Dimas dan Olivia terlihat sedang membicarakan hal yang sangat serius. muka Dimas terlihat merah menyala dan urat-uratnya terlihat sangat tegang saat berbicar dengan Olivia. Saat itu café masih sepi pengunjung karena untuk hari ini Dimas datang sangat awal karena diminta oleh Olivia untuk datang lebih awal.
“lu emang kebiasan ya liv.” Bentak Dimas dengan geram terhadap Olivia, terlihat mata Olivia berkaca-kaca tetapi dia masih bisa menahannya. Sebelum Dimas bisa menyelesaikan kata-katanya tiba-tiba Andra membuka pintu belakang café dan terdengar oleh mereka berdua.
“kita bicara lagi nanti.” Seru Dimas dengan tatapan galak. Andra masuk dan menghampiri mereka.
“lagi pada ngapain nih?” seru Andra, “tumben lagi lu jam segini udah dateng dim?” lanjut Andra. Dimas tidak menjawab apa-apa dia meninggalkan Andra dan Olivia lalu pergi kedapur. Dan melewati Andra begitu saja.
“kenapa dia?” Andra bertanya pada Olivia yang ada dihadapnnya. Andra menunggu jawaban dari Olivia tapi dia hanya diam dan tidak berani untuk menatap Andra.
“kenapa?” Andra bertanya pada Olivia yang masih duduk terdiam.
“maafin aku dra.” Andra kaget melihat Air mata Olivia yang jatuh perlahan membasahi pipinya, Andra mengusap air mata Olivia dengan tangannya dan tiba-tiba Olivia memegang tangan Andra yang mencoba mengusap air matanya. Seketika Andra tertegun dengan jantung yang berdegup kencang. Berlahan Andra duduk dihadapan Olivia tanpa menarik tangannya dari tangan Olivia.
            Mereka saat ini sudah saling berhadapan, tetapi air mata Olivia tetap tidak bisa berhenti. Bingung yang Andra rasakan sekarang melihat Olivia tiba-tiba menangis, apa jangan-jangan gara-gara Dimas. Pikir Andra.
“Dimas bilang yang macem-macem ya?” Andra mencoba menghibur Olivia yang masih menangis dihadapnnya. “dia emang suka berlebihan kaya gitu orangnya, kaya yang baru kenal dia aja.”
“dan karena itu, apa yang dia bilang soal aku dia selalu benar.” Olivia akhirnya berbicara.
“maksudnya?”
“kenapa kamu selalu berharap lebih buat aku Andra? Dan kenapa aku selalu memberi harapan sama kamu? Dan sekarang aku harus pergi ninggalin kamu.” Olivia seperti sedang memarahi dirinya sendiri dan saat itu Andra bertambah bingung dengan apa yang diucapkan oleh Olivia.
“aku mau menikah Andra.” Kata-kata itu membuat Andra sangat tersentak kaget, Andra berdiri dan melepaskan pegangan tangannya mundur beberapa langkah dari Olivia.
“bohongkan? Pasti bohong.” Andra mencoba menenangkan dirinya sendiri.
“aku pulang untuk itu, untuk mempersiapkan pernikahan. Barusan Dimas udah aku kasih tau dan bikin dia marah gara-gara aku memberi sesuatu yang gak bisa aku pertanggung jawabkan. Dan itu benar.” Andra termenung diam mendengar kata-kata Olivia. Olivia berkata-kata dengan beruraian air mata.
“kamu bakal kemabli lagi kan? Kamu bakal kembali lagi kan? JAWAB KALO KAMU BAKAL KEMBALI LAGI!!!” Andra membentak Olivia dan membuat Olivia kaget baru pertama kali dia melihat Andra seperti itu. Olivia menghampiri Andra yang terlihat kacaw.
“aku gak bakal kembali nemuin kamu buat selamnya.” Hati Andra seperti disayat saat itu juga begitu mendengar yang Olivia katakana, sunggu penantian yang sia-sia selama ini untuk menunggunya. Olvia memegang tangan Andra untuk mencoba menenangkannya tetapi Andra menepis tangan Olivia saat ia mencoba memegang tangan Andra.
“pergi.” seru Andra.
“maa…”
“PERGI!!!” Suara Andra meninggi dan badannya tidak berhenti gemetar menahan marah yang sangat amat. Tanpa berkata apa-apa lagi dan tetap menangis Olivia meninggalkan Andra sendirian didalam café yang masih sepi.
            Sebelum benar-benar meninggalkan café Olivia berbalik menatap Andra yang diam mematung didalam café. tanpa diduga Andra berjalan berlahan kearah Olivia yang berada dibalik pintu, Dan Andra membalikan papan café menjadi Close. saat itu Olivia benar-benar pergi mininggalkan café dan Andra sendirian untuk selamanya. Andra menatap gadis yang ia selalu tunggu selama ini pergi menjau dan tak akan pernah kembali.
Pintu belakang café kembali terbuka, ternyata dimas datang masuk menghampiri Andra didepan pintu yang masih menatap Olivia. Dimas menarik Andra untuk duduk.
” lu tau cinta bisa bikin bahagia dan tiba-tiba bikin kita sakit? lu tau cinta bakal tiba-tiba datang terus tiba-tiba pergi? Dan lu juga tau gara-gara cinta bisa saling benci? Tapi kenapa lu masih disini buat nunggu cinta?” Seru Dimas.
“ini bukan cinta biasa.” Jawab Andra singkat.
“ini bukan cinta, ini konyol. Cinta itu saling menguatkan, saling menjaga saling membahagiakan. Lu buang-buang waktu dra.” Dimas mencoba menjelaskan, Andra hanya diam. “lu cuma butuh liat. Masih banyak orang disana yang masih ngarepin lu dra.” Lanjut Andra.
            Sore itu terlihat indah tapi tidak untuk Andra, sore itu sangat kelam berwarna muram dan semu. Café saat itu tidak ramai seperti biasa, sangat sepi. Andra masih terdiam dalam café. masih merenungkan semua perkataan Dimas dan kejadian pada siang tadi. Semua hal yang dia perjuangkan selama ini menjadi sia-sia dan tidak ada artinya lagi. Bener kata dimas gw terlalu buang-buang waktu sama hal yang belum tentu, dan mengabaikan hal yang udah pasti. belum tentu hal yang menurut kita bisa membahagiakan dapat membahagiakan kita, kadang itu hanya ilusi. Tapi kepahitan yang baru dapat menyadarkan diri kita dalam ilusi yang indah tapi menyakitkan. Hanya butuh melihat sekeliling bahwa masih banyak yang dapet membahagiakan diri kita. Pikir Andra dalam renungannya.
Pintu café terbuka tanpa Andra sadari dan seseorang masuk melihat sekeliling yang terlihat hanya sesorang yang duduk diam disalah satu bangku café.
“hari ini lagi libur ya?” Suara yang tidak asing lagi diteling Andra. “liat kamu didalem aku masuk aja.” Lanjut gadis itu dan Andra menoleh kearah suara yang barusan terdengar oleh Andra.
“dinda.” Senyum Andra mengembang kembali. Dan ternyata kesempatan kedua masih dibukakan oleh tuhan untuknya. “gak tutup, buka kok.”

ketika harapan begitu dekat, ternyata kenyataan begitu jauh didapat.
ketika kenyataan dekat, ilusi memenuhi pikiran yang sedang mengidam cinta.
dan ternya cinta itu tidak pernah ada disini.
Tapi cinta akan selalu memberikan kesempatan kedua.
Ini akan menjadi pelajaran.
Bukan menjadi cinta biasa, tapi akan menjadi cinta yang luar biasa.

End.

 
 



Kamis, 14 November 2013

JOMBLo II


Dan sekarang gue bahas soal jomblo lagi, semoga gak ada yang tiba-tiba nyantet gue jadi bisa berak keluar sendok. Jomblo tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita, kehidupan yang perih dan keji tanpa ampun menghakimi para jomblo di dunia ini. Yang bisa kalian liat jomblo pun manusia bukan makhluk asing yang dilahirakan dari batu atau yang tidak sengaja dilahirakan karena bersin dan berak gak sengaja keluar.
            Tapi asli persentes jomblo makin meningkat ketik mitos para laki-laki setelah pulang solat jumat menjadi ganteng. Dan apa kabar dengan para laki-laki yang dari lahir punya gen bagus ganteng sempurna dan saaaaaangat sempurna. Dan mereka akan bertambah ganteng dan makin sempurna. pernah kalian berpikir perasaan mereka yang kurang beruntung? Mereka menangis karena kalah bersaing.  
Apa solat jumat berjamaah harus di adain setiap hari buat yang mempunyai GEN KURANG BAGUS (baca: jelek). Ini sangat membuat hati gue terenyuh melihat realita yang ada. Ini sangat miris sekali kawan-kawan. jika kamu sedang membaca dengan seorang jomblo, tepuk lah pundak mereka agar merek tersadar. Solat jumat tidak akan merubah keadaan kegantengan. Kalo masih ngeyel gak sadar-sadar, tabok merek bolak- balik pake linggis atau dengan sesuatu yang lebih keras. Tapi jika kalian para jomblo saling tabok lah satu sama lain.
            Jangan takut, karena itu hanya mitos belaka. Kalian masih punya kesempatan untuk move on dari kejombloan, tinggal niat, kemauan dan tentu ada cewek yang mau. Itu factor yang sangat penting untuk berhasilnya move on.  
Gue sangat salut dengan para jomblo. Mereka pantang menyerah dan tidak pernah putus asa. Itu yang bikin gue salut sama merek. Udah tau mereka ditolak sama cewek, mereka masih mengejarnya tanpa putus asa dan semangat tinggi. Dan ini akan selalu berahir di kamar mandi. Betapa kejamnya dunia ini, tidak pernah melihat ketulusan mereka yang sudah berjuang dengan penuh gagah berani dimedan perang, medan perang cinta. *pray for jomblo*
Para jomblo selalu melindungi diri-nya dari ancaman-ancaman kaum non jomblo. Selalu ada pertanyaan dari para kamu non jomblo seperti ini.
“kenpa sih loe betah banget jadi jomblo?”
dan jomblo menjawab
 “sorry man, gue orang nya pilih-pilih. Gak semabrangan cewe yang gue gaet.” Ketika mereka mengatakan ini, ini BOHONG.
Atau jawab seperti ini. “belum aja ada yang nyadar, ada cowo yang sekeren gue.” Atau tida seperti ini. “belum aja ada yang beruntung dapet gue.” Ketika mereka mengucapkan seperti ini mereka menangis, menangis sangat keras. Jika kalian menemukan yang seperti itu peluk lah ia, karena para jomblo memiliki perasaan yang sangat sensitive melebihi kulit bayi.
Dan nyata nya TIDAK, sebenarnya hati mereka menjerit saat pertanyaan itu di lontarkan oleh para kaum non jomblo. Dan ingin rasanya mereka berteriak “TUHAN CABUT BIBIR MEREKA.” Naas.
Setiap malam minggu para kaum jomblo selalu melakukan ritual buat manggil hujan, di setiap hari sabtu. Para jomblo berkumpul membentuk lingkaran yang ditengahnya ada sesajen dan lilin, gerakannya cukup simple dan sederhana.mengibas-ngibaskan pantat kekiri dan kekanan, lalu tangan diangkat ke atas sambil telunjuk di acungkan dan dibarengi dengan kepala bergoyang seirama dengan pantat.
Atau tidak menghilangkan malam minggu di kalender. Dan tapi itu tidak mungkin, karena masih ada hari jumat. Dan dimana hari jumat adalah hari ganteng masal. BAHAYA.
Gue do’a lagi sekarang semoga gak ada yang tiba-tiba ada yang bakar rumah geu setelah tulisan ini di posting. Semoga.
dan ingat.
Pelet NO.
Mabuk NO.
Onani YESSssssss…
Save the jomblo.

Gelisah




Ketika menunggu cinta, cinta bagai ilusi
Yang ada tapi tiada
Kegelisahan menumpuk karena cinta
Penat menumpuk karena rindu
Hanya bisa menjerit dalam hati
Berjalan tanpa arah, hanya tersesat dipersimpang jalan
Kasih membuatku bimbang
Aku kesal oleh cinta
Hanya bisa memaki dalam bayang air mata
Hanya duka yang kurasa
Apa cinta akan datang?
Entah sampai kapanaku akan menunggu.
Menunggu kau berkata “aku datang membawa cinta untukmu”


Jumat, 07 Juni 2013

haii...
tunggu cerita selanjutnya buat dark soul ya, lanjutannya lagi di bikin... (^^)

Selasa, 23 April 2013

Dark soul



Dunia Lain

Di Dunia bagian sebelah barat telah terlahir anak manusia yang akan membawa kehancuran untuk seluruh dunia. Dimana dia dibesarkan oleh keluarga biasa dan lingkungan yang biasa, tetapi dalam dirinya terdapat hal luar biasa yang sangat mengerikan yang dapat menghancurkan dunia. Dewa dan para peri pun tidak sanggup untuk melawannya, membunuhnya pun hanya mempercepat kehancuran dunia. Karena takdir telah memilihnya untuk menebus dosa para mahluk yang hidup dibumi. Dia adalah sang pembawa kehancuran.
                “AAAAArrrrrrgggghhh!” Teriakan seorang anak laki-laki yang kaget dengan kedatangan seseorang yang tiba-tiba muncul didalam kamarnya, dan entah dari mana ia datang.  Orang itu sekarang sedang menatap lekat-lekat anak yang ada dihadapnnya, yang menumpukan badannya pada tongkat yang ia bawa. Anak itu berusaha melihat siapa orang yang ada dihadapanya tetapi percuma, keadaan kamar yang begitu gelap sehingga tidak bisa terlihat jelas siapa yang ada dihadapnnya, hanya ada cahaya bulan yang menerobos masuk di sela tirai jendela.
Oleh cahaya bulan Terlihat tangan keriput yang menumpu pada tongkat dan janggut putih yang panjang, dan terlihat topi berbentuk runcing seperti seorang penyihir.
“si-siapa kamu?” anak itu bertanya sambil tetap menyelidik. Heran karena ada orang yang tidak ia kenal dan entah dari mana ia bisa berada dikamar. Orang itu maju beberapa langkah sehingga cahaya bulan  bisa menyinari semua wajahnya yang sudah tua dan berkeriput. Dia tersenyum simpul pada anak dihadapannya yang sedang tetap menyelidik. Senyuman yang cukup lebar. Tapi tidak berhasil membuat anak dihadapnya menghilangkan segala kecurigaannya.
                “Albiz… Albiz Black.” Albiz berkata pelan seperti tidak ingin membangunkan orang-orang yang sedang tertidur lelap dirumah itu. “aku sudah lama mengawasimu, dan sekarang saatnya untuk membawamu pergi William.” Albiz lalu tersenyum. William terhentak kaget. “dari mana kamu mengetahui namaku? apa kau penyihir? Kenpa kau ingin membawaku?” seketika perasaan bingung, takut, cemas semuanya bercampur pada diri william.
“pasti kau ingin berteriak?” Albiz mengabaikan pertanyaan wiliam. “percuma kau berteriak, tidak akan ada yang mendengarmu.” Albiz menangkap ekspersi ketakutan dari wajah William. Seketika wajah william menjadi pucat dan wajahnya dibasahi oleh keringat.
“ka-kau membaca pikiranku? Kenapa kau tidak jawab pertanyaanku?” william menujuk nujuk wajah kakek tua yang berada di hadapnnya dengan gemetar. Tetapi albiz hanya tertawa. Albiz tidak berusaha untuk menjelaskan apapun pada william yang sedang ketakutan, bagaimanapun Albiz menjelaskan William tidak akan mempercayai kata-katanya, pikir albiz.
“aku tidak bisa membaca pikiran seseorang…” Albiz menujukan mimik wajah yang menakutkan pada William. “tapi aku bisa merubah seseorang menjadi sesuatu.” Lalu menujukan senyum jahilnya sekali lagi. “seperti kodok misalnya. mau coba?” William beranjak dari tempat tidurnya lalu, mengambil pemukul baseball yang berada disamping lemarinya, dan mengacungkannya kearah Albiz.
“dalam dirimu ada sesuatu yang gelap, jiwa yang gelap yang akan membawamu dalam keburukan dan kehancuran.” Tiba-tiba wajah Albiz berubah menjadi serius. “aku disini, untuk membantumu.”  William menurunkan pemukul baseball-nya dengan perasaan bingung. “kehancuran? Jiwa gelap? Apa maksudmu?” William tertelan dalam bingung. “siapa kamu? Dari mana asalmu? Bisa-bisanya kau berkata seperti itu seolah kau mengenalku, aku baik-baik saja.” William menegaskan dan kembali mengacungkan pemukunya pada Albiz. “sebelum aku melukaimu, aku minta kau pergi.”  William menunjukan sorot mata yang tidak kalah serius dari Albiz.
                Kakek tua yang ada dihadapannya mendekati dengan perlahan lalu duduk ditempat tidur William, seakan tidak memperdulikan ancaman William. Lalu albiz mengetukan tongkatnya, hingga terdengar suara TOK ketika tongkat albiz menyentuh lantai. terlihat percikan api dari tongkat Albiz lalu disusul suara benda yang terjatuh kelantai BRUUK!!!.“eeerrrrgggghhh… kenapa pemukul ini menjadi berat sekali?” William mendelik dengan sorotan tajam kearah Albiz. “apa yang sudah kau lakukan?” tukasnya pada Albiz. “lebih baik sekarang kau berkemas.” Seru albiz. “kita harus segera pergi, banyak yang menginginkan sesuatu yang ada dalam dirimu. Jadi kita tidak punya banyak waktu.”
William masih berusaha mengangkat pemukulnya yang tiba-tiba menjadi berat. Lalu William menyerah dan menjatuhkan pemukulnya kelantai. Dengan tatapan yang tajam yang akan menghujam siapa saja yang melihatnya, tapi mata itu hanya berarti kemarahan dan ketidak percayaan pada seseorang yang ada dihadapnnya. “beri aku alasan yang cukup rasional untuk melakukan apa yang kau minta dan percaya padamu?”
“kau adalah anak yang terpilih, dan sekarang sudah tidak ada wak…” DRRRRUUUAAAAK!!! Tiba-tiba tembok kamar William hancur oleh mahluk raksasa yang memiliki badan bagian atas menyerupai banteng dan badan bagian bawah yang menyerupai manusia sambil membawa kapak besar. “AAAARRRRRRRRRRRGGGGGGGGGHHHHH!!!” Kamar william seketika porak-poranda oleh mahluk itu. William melindungi kepalanya agar tidak terkena puing-puing kamarnya. “wow… wow… makhluk apa itu?” william kaget melihat makhluk itu tiba-tiba menghancurkan kamarnya.
“itu Minotaur salah satu prajurit yang dikirimkan untuk membawamu. Dan sekarang bergegas untuk berkemas. CEPAT!”  suara hantaman tongkat terdengar dan seketika itu Minotaur terpelanting jatuh keluar kamar william, albiz dan Minotaur sekarang sudah berada di jalan bersama albiz yang siap bertarung, albiz berusaha untuk menjauhkan Minotaur dari William. Kapak besar melayang kearah Albiz dengan cekatan albiz menghindari serangan dari Minotaur, sayangnya serangan Minotaur mengenai pundak Albiz. Ketika Albiz lengah karena lukanya, Minotaur siap untuk menyerangnya kembali dengan tanduknya, Albiz tidak bisa menghindar sehingga dia terpelanting jauh menghantam mobil yang berada di jalan.
William dengan keadaan panik bergegas mengemasi barang-barangnya kedalam tas. Pertarungan diluar masih terdengar masuk ketelinga William yang berada jauh diantara mereka. William melihat Albiz terbaring diatas mobil dan Minotaur mendekatinya secara perlahan sambil membawa kapaknya yang berukuran besar. Sekarang Minotaur siapa untuk menyerang kemabli Alibiz yang tidak berdaya di hadapnnya, di ayunkannya kapak besar itu pada Albiz. Tapi tiba-tiba Albiz meraih tongkatnya dengan cepat dan mengucapkan mantra. “Disappear.” Seru Albiz sambil tongkatnya pada mahkluk yang ada dihadapnnya. “AAAAAArrrrrrgggghhhh!!!” Terdengar raungan kesakitan dari Minotaur yang perlahan kehilangan bagian tubuhnya yang menjadi serpihan. Serpihan itu berlahan menghilang terbawa tiupan angin.
Wiliam berlari Melihat Albiz yang sedang berdiri tidak jauh dari tempat Minotaur menghilang. “apa kau baik-baik saja?” seru william, Terlihat jubahnya yang robek dibagian pundaknya mengeluarkan darah segar. William memperhatikan sekeliling terlihat porak-poranda akibat pertarungan tadi.
“tak apa, sudah lama aku tidak bertarung seperti ini. faktor usia yang membatasiku tidak seperti dulu.” Tawa terdengar dari mulut Albiz.
“apa yang mereka mau dariku?” seketika mimik wajah William berubah menjadi muram. “apa yang ada pada dalam dirimu.” Albiz tidak mencoba menjelaskan dengan jelas pada William, dia merasa belum saatnya untuk William mengetahui semuanya, apa yang ditakdirkan untuknya. “sekarang kita bergegas untuk pergi, sebelum prajurit-parjurit yang lain kembali datang” ajak Albiz pada William, Albiz melangkah pergi meninggalkan jalan yang telah porak-poranda dan disusul William dibelakang Albiz dengan perasaan takjub tidak percaya apa yang dia alaminya malam ini. Albiz berhenti dari langkahnya dan berbalik menghadap William. “bisa kau minggir sedikit. Aku ingin merapihkan tempat yang berantakan ini.” ujar albiz.
Repair.” Dengan sedikit mantra dan hantaman tongkatnya. Puing-puing setelah pertempuran berterbangan seolah mencari tempat mereka berasal. Satu persatu puing-puing kembali ketempatnya semula sehingga terlihat seperti tidak terjadi apa-apa, rapih seperti semula. Dan kamar William pun telah kembali seperti semula, tidak ada tembok yang hancur terlihat dari luar.
                Mata William terbelalak tak percaya, seperti trik sulap yang pernah ia lihat di TV. Tetapi ini jauh lebih mengherankan. “tidak usah seheran itu, kau akan melihat yang lebih dari pada yang kau lihat barusan.” Seru Albiz pada William yang sedang mematung keheranan. William tersentak lalu mengikuti Albiz yang lebih dulu berjalan. “kita akan pergi kemana?” ujar William. “ketempat yang melebihi imajinasi manusia biasa sepertimu.” Jawab albiz sambil tersenyum.
“lalu bagaimana dengan keluargaku, ketika aku tidak ada?” suara William terdengar cemas. “segalanya telah aku urus.” Jawab Albiz singkat tanpa menoleh pada William.
Mereka berdua menyusuri malam yang gelap dan sunyi, William masih tidak percaya apa yang dia alami malam ini. Tidak ada yang berkata hanya terdengar suara sayup-sayup burung hantu dari kejauhan. Tidak terasa mereka berdua telah berjalan cukup jauh dan telah sampai di taman kota.
                Albiz menghentikan langkahnya tepat di tengah-tengah taman kota. William pun berhenti agak jauh dari Albiz. William melihat Albiz menghantamkan tongkatnya kembali, dan membaca mantra yang tidak dimengerti oleh William. Setelah itu terlihat udara terbelah menjadi bagian-bagian seperti pecahan kaca. Sedikit demi sedikit terbuka menjadi berbentuk seperti pintu masuk berbentuk oval, Tak terlihat apa-apa didalam hanya ada gelap tanpa bayangan bulan.
“kemari.” Ajak albiz.
“kemana kita?” William bingung, dan takut melihat udara yang berbentuk oval menyerupai pintu. “kedunia lain yang tidak pernah kalian sadari.” Ujar Albiz,lalu melanjutkan kembali kata-katanya. “kau akan mengalami hal-hal yang lebih dari saat ini, dan percayalah pada dirimu sendiri, sekarang kau harus memilih. Semuanya terserah padamu.”
William menghela nafas panjang. “sebenarnya aku tidak mengerti semua ini, kenapa harus Aku?” William bertanya kembali.
“karena ini semua takdir, takdir yang memilihmu. Takdir untuk menyelamtakan dunia dari kehancuran.” Albiz menjelaskan dan William memasang wajah bingung. “cari lah jawabannya. Dan ingat percayalah pada dirimu sendiri.”
 William memejamkan matanya, sejenak dia berpikir. “Apa memang takdir yang memilihku? kenapa harus aku? siapa dia? Kemana aku akan pergi? Menyelamatkan dunia, bagaimana bisa? Tapi  Aku harus mencari jawabnnya. Ada apa denganku selama ini.”
William melangkahkan kaki dengan mata terpejam di susul oleh Albiz di belakangnya. William membuka matanya perlahan, cahaya menyeruak memaksa masuk kedalam bola matanya.
“tempat apa ini?” William tercengang, tak percaya apa yang dia lihat, tempat yang sama sekali tidak pernah ia bayangkan,  dan tidak pernah ada yang menyadari ada dunia lain selain dunia yang William tau. Albiz tersenyum melihat William yang sedang mengagumi dunia yang ada di hadapannya sekarang.

Sabtu, 20 April 2013

...

Suara cinta mengalun  merdu dalam hatiku, merdu sehingga aku terbuai dalam cinta. apa kau pun mendengar alunan cinta dari relung hatiku?

...

Apa cinta akan terus begini? Menunggu hati yg pergi. Aku hanya bisa menepi disudut jalan sepi. Menunggu cinta yg berpaling.