Kamu tau cinta itu
bisa membuat bahagia dan tiba-tiba membuat kita sakit? Kamu tau cinta akan
tiba-tiba datang dan tiba-tiba pergi? Dan kamu tau karena cinta bisa saling
membenci? Tapi kenapa kau masih disini untuk menunggu cinta?
“kamu
mau jadi pacar aku?” kata-kata itu terucap saja dari mulut indah seorang gadis,
yang sudah cukup mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan isi hatinya yang
sejak lama ia pendam. Tapi ternyata laki-laki dihadapannya hanya diam seperti
tidak mendengar perkataan yang barusan dilontarkan untuknya. Hening sesaat
antara mereka berdua dan hanya saling bertatapan. walau pun hiruk-pikuk keadaan
dijalan sore itu sangat ramai. “gimana dra?” lanjut gadis itu bertanya kembali
pada Andra. Hening pun pecah disertai getar hati yang tak tertahankan. “maaf
aku gak bisa.” Ujar Andra pada gadis dihadapannya, membuat air mata tiba-tiba
sudah menggenang dikelopak mata sang gadis. Terlihat ia menahan sebisa mungkin
agar air mata itu tidak jatuh menetes. Andra hanya melihat lurus dan tanpa
sedikit pun iba pada gadis dihadapnnya.
“apa sudah? Kalo sudah
aku akan masuk kembali. masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.”
“em…” gadis yang berada
dihadapan Andra hanya mengangguk tanpa berkata apa-apa. karena dia tau jika dia
mengucapkan beberapa kata lagi air mata itu akan tumpah dari kelopak mata yang
sudah ditahan sejak tadi. Andra membalikan badan tanpa menoleh lagi kebelakang
dan kembali ketempat kerjanya yang beberapa meter dari tempat mereka berdiri,
Dan gadis itu pun pergi dengan perasaan yang hancur, sekarang air matapun telah
tumpah tanpa sepengetahuan orang yang ia cintai, air mata yang sudah tidak bisa
tertahan lagi dikelopak matanya. Setelah ini mungkin tempat itu akan kehilangan
satu pengunjungnya.
Karena bukan dia,
hanya dia yang sangat
aku inginkan dan aku akan menunggu akan selalu menunggu
untuknya. Pikir Andra saat kemabli masuk café.
“demen banget bikin
anak orang nangis.” Ujar Dimas sahabat Andra yang berkerja sama membuat café
ini. Andra hanya tersenyum muram.
“padahal terima aja,
cantik gitu kayanya baek lagi.” Dimas meyakinkan.
“udah jangan dibahas
lagi, pesenan masih banyak cepet bikini.” Protes Andra.
“okeeeey… okeeeey…”
Dimas tampak menyerah untuk meyakinkan sahabatnya itu. Lalu ia pergi kedapur
untuk membuat semua pesanan untuk para pelanggannya.
“dim… Meja 8 pesan
Decaf Espresso sama Cappuccino.” Teriak Andra.
“Meja 2 Pesan Fruit
Panckes. Mar tolong catet pesanannya, gue mau bantu Dimas di dapur.” Amar
segera mengambil alih pekerjaan Andra, Amara adalah salah satu pegawai yang
berada di café ini. Andra dan Dimas berhasil membuat sebuah café yang
akhir-akhir ini banyak diperbincangkan orang-orang karena cita rasa masakan dan
suasana tempat yang sangat nyaman.
Andra dan Dimas mereka
sangat cekatan dan terampil dalam hal memasak, walau pun mereka tidak pernah bersekolah
dalam bidang kuliner, Tapi
keterampilan dan keahlian memasak mereka berdua tidak bisa diremehkan.
“bang Andra Meja 2
tambah Fruit Panckenya satu lagi.”
“bang Andra Sandwiches
1 buat meja 9.”
Terlihat tidak ada meja
yang kosong di café mereka, setiap malam selalu penuh dan rami dengan
orang-orang yang didominasi anak muda. Memang mereka berdua memperuntukan café
ini untuk para anak muda.
“Decaf Espresso and
Cappuccino, untuk meja 8.” Teriak Dimas.
Satu persatu pesanaan
sudah keluar dan sudah berada dimejanya masing-masing. Andra dan Dimas keluar
dari dapur dan melihat wajah-wajah pelanggan yang puas. Di café mereka ada 2
orang pekerja yang satu bernama Amar dan Anna, satu-satunya gadis diantara
mereka bertiga. Amar kadang berada di dapur bersama Dimas dan Andra mencataat
pesanan para pelanggan. Kadang mereka bertukar posisi Dimas mencatat pesanan,
Andar dan Amar berada di dapur, atau seperti barusan. Hanya Anna yang tidak
pernah berganti posisi, dia selalu berada dikasir.
Waktu telah menujukan pukul 10.30 malam, dan satu persatu
para pelanggan meninggalkan café.
“terimaksih, datang
kembali.” Suara ramah dibarengi dengan senyuman dari Andra didepan pintu café.
“ayo bersiap untuk
pulang.” Seru Dimas.
“yaaaaaa…” teriak
mereka bersemangat.
Mereka berempat sudah
berada di depan café bersiap untuk pulang kerumah masing-masing. Café sudah
gelap dan suara lantunan musik pun telah hilang berganti suara tiupan angin
malam yang hening.
“maksih ya.” Ujar Dimas
pada Amar dan Anna, “hati-hati dijalan.” Sambil melempar senyum simpul. Mereka
berpisah didepan café seperti biasa. Dan seperti biasa pula Andra dan Dimas
pulang bersama karena rumah mereka berdekatan.
“dingin banget malam
ini ya?” Dimas membuak pembicaraan.
“banget… Besok cerah
kayanya.”
“gw ngitung cewek-cwek
yang lu bikin nangis, dan ternyata gw gak bisa ngitung kebanyakan. Dari Devi,
Mia, Mayang, Vina, Agnes, Sari, sapa lagi ya? Eh tapi yang tadi sore siap tuh?”
Dimas pensaran.
“udah deh jangan
dibahas lagi, males ah.” Protes Andra.
“Cuma pengen tau
namanya aja Bro.” kata Dimas dengan nada menggoda.
“Adinda.” Kata Andra
singkat.
“Owh… Adinda.”
“kenpa?” Tanya Andra
sedikit ketus.
“engga kenpa-kenapa.”
Dimas tersenyum, dan dia tau kenpa Andra selalu seperti ini. Karena dia tidak
bisa melupakan cintanya, cinta yang membuat dia seperti ini, cinta yang menurut
Andra bukan cinta biasa. Tapi menurut Dimas, ini cinta yang menyakitkan.
Perkiraan cuaca dari Andra terbukit benar, cuaca hari ini
sangat cerah tak berawan. Terpampang langit biru indah dan matahari bersinar
dengan semangatnya. Andra dan Dimas datang lebih awal dari pada 2 pegawainya,
karena hari ini giliran mereka untuk berbelanja.
“siang.” Seseorang yang
tiba-tiba datang.
“yoooo…” jawab Diamas
yang berada diekat pintu sambil menurun-nurunkan kursi dan tanpa menoleh arah
suara itu berasal. “Na, tolong rapiin dapur ya. Sama tolong bersiin sayurannya
semua.” Sambung Dimas.
“Maaf?”
“ya langsu… eh.” Dimas
tertegun sebentar tampak kaget melihat orang yang baru datang, dan Dimas tidak
asing lagi dengan gadis yang baru datang ke cafénya. Dan sepertinya ini akan ada badai.
Mereka berdua mengobrol di tempat duduk yang langsung
memandang kearah jalan yang belum terlalu ramai, Amar dan Anna berbarengan
memasuki ke café.
“temen lama.” Dimas
menjelaskan pada mereka berdua, dan mereka hanya tersenyum dan mengangguk, gadis
yang sedang berbicara dengan Dimas pun membalas senyum mereka berdua.
Andra beleum mengetahui
siap yang datang pada siang hari ini dan sedang bercakp-cakap dengang sahabatnya,
Dimas pun tidak mencoba memanggil Andra yang berada di dapur.
Saat
mereka berdua sedang berbicara tiba-tiba ada suara kaleng yang terjatuh
dilantai didekat meja kasir tersenggol tangan Andra yang berada diantara tempat
duduk mereka berdua, dan terasa sedekat itu pula Andra dengan gadis itu
sekarang. Sosok yang tidak terlupakan, sosok yang selalu punya tempat special dihatinya, manusia yang terindah
menurut Andra, dan sosok yang selalu ia tunggu begitu lama, hatinya kembali
bergetar dan dia merasa jatuh cinta kembali saat itu juga, Pada pandangan yang
belum begitu lama saling bertatapan.
Andra
merasa serba salah dihadapannya. mencoba membetulkan letak leher kemejanya dan
menyisir rambutnya dengan tangan. merasa sekujur tubuhnya menjadi lemas tidak
bisa melangkah, lidah pun menjadi kelu tak bersuara. Hanya bisa mematung
disamping meja kasir.
“sini dra.” Dimas memanggil
Andra yang sedang mematung. seketika badannya bergerak menghampiri mereka berdua
seperti kerbau yang sedang dicocok hidungnya. Andra tepat berada diantara meja
mereka berdua dan masih tetap diam.
“Hai Olivia… lama gak
ketemua.” Andra mencoba bersuara.
“canggung banget sih.”
Seru Olivia “tapi kamu keliataan sehat sekali, aga gemuk sekarang.” Olivia
tersenyum pada Andra seketika hatinya runtuh. “ayo duduk, masa yang punya café
bediri aja.” Olivia kembali tersenyum dan hati Andra kembali runtuh. Andra
duduk didekat sahabtnya Dimas. Dan mereka sekarang saling berhadapan satu sama
lain dan saling bertatapan.
“kamu gak berubah. ”
Ujar Andra.
“masa sih? Aku agak
langsing tau.” Protes Olivia yang berada dihadapan Andra dan Dimas.
“ada apa nih? Tiba-tiba
kesini jadi kaget.” Giliran Dimas bersuara karena sahabatnya saat ini sedang
sibuk dengan pikirannya sendiri.
“lagi pulang aja kangen
sama Indonesia and kangen sama
Bandung. katanya di daerah sini ada café yang masakannya enak dan tempatnya
keren” Olivia mencoba menjelaskan. “and.
Memang keren tempatnya, Tapi aku beleum nyobain makanannya jadi belom bisa
bilang enak.” Olivia tersenyum.
“kok tau kita yang
punya ini café?” ujar Dimas penasaran.
“itu namanya café nya
jelas gitu kok. DimDra, dan aku liat ada kalian berdua.” Olivia tertawa kecil
Dan Dimas mengangguk mengerti.
“pinter juga kamu.”
Dimas memuji sambil tersenyum.
“tunggu bentar kita mau
siap-siap buat buka café dulu, Nanti kita bikinin makana yang paling special
disini. Kamu santai dulu aja.” Kata Dimas kembali, sesekali Dimas melihat Andra
yang diam dengan tatapan sendu.
“tapi kayanya aku harus
pergi dulu. Nanti sore aku balik lagi.” Jawab Olivia.
“Ya udah kalo gitu,
kita tunggu nanti sore.”
Olivia pun beranjak
dari tempat duduknya, melangkah menuju pintu keluar café. Sebelum pergi dia
hanya memberikan senyum pada teman lamanya itu dan melangkah pergi meninggalkan
café. Andra menatap lekat-lekat punggung seorang gadis yang selalu ia tunggu
dan sekarang kembali pergi tapi hanya untuk sementara. Semoga. Harapan Andra dalam hati.
Tidak seperti biasanya Andra selelu melihat pintu masuk,
karena hari ini ada orang yang ia tunggu. Waktu terasa lama berjalan dia sudah
tidak sabar bertemu dengan Olivia orang yang selalu ia tunggu selama ini. Orang
yang menyebabkan Andra selalu menolak para gadis yang mendekatinya.
Akhirnya orang yang ia
tunggu datang juga membuka pintu café dan berjalalan masuk mencari tempat duduk
kosong. Andra segera menyambut kedatangan Olivia dan mengantarnya ketempat duduk
yang khusus yang ia siapakan untuk Olivia.
“pesen apa nih?” Andra
bertanya.
“katanya mau bikinin
menu special buat aku.” Olivia
menjawab dengan suara manja.
“okeeeey. Tunggu ya.”
Ujar Andra. Dimas memperhatikan Andra sahabtanya dari balik dapur. Kecemasan
Dimas kembali timbul seperti tadi siang saat dia bertemu pertama kali dengan
Olivia. Tapi Dimas mencoba membuang pikiran-pikiran itu jauh-jauh.
Mata
Olivia memperhatikan setiap sudut yang berada di café, dari interior, lampu-lampu, tata letak meja.
Berhasil membuat Olivia terkagum-kagum. Ada yang diam-diam memperhatikan
Olivia, tidak percaya orang yang sudah ia tunggu datang kembali dihadapannya. Andra
merasa ini adalah kesempatan kedua yang diberikan oleh tuhan untuknya, untuk
membuat Olivia cinta padanya. Andra kembali menumbuhkan perasaan bersama Olivia
yang dulu pernah ia rasakan.
Olivia
datang ke café DimDra bukan untuk terakhir kalinya, Olivia selalu datang setiap
hari ke café walaupun hanya untuk sekedar menium kopi atau berbincang dengan
dua sahabat lamanya. Dan sekarang Andra telah merasa dekat kembali dengan
Olivia, mereka semakin rutin untuk pergi bersama. Andra merasa Olivia meraskan
hal yang sama seperti yang ia rasakan sekarang, terlihat dari tatapannya yang
tidak pernah berhenti menatapnya dan selalu memperhatikannya. Andra seakan
berada dalam mimpi saat ini, Dan ingin ini menjadi kenyataan selalu bersama
dengannya. Olivia.
Dimas
dan Olivia terlihat sedang membicarakan hal yang sangat serius. muka Dimas
terlihat merah menyala dan urat-uratnya terlihat sangat tegang saat berbicar
dengan Olivia. Saat itu café masih sepi pengunjung karena untuk hari ini Dimas
datang sangat awal karena diminta oleh Olivia untuk datang lebih awal.
“lu emang kebiasan ya
liv.” Bentak Dimas dengan geram terhadap Olivia, terlihat mata Olivia
berkaca-kaca tetapi dia masih bisa menahannya. Sebelum Dimas bisa menyelesaikan
kata-katanya tiba-tiba Andra membuka pintu belakang café dan terdengar oleh
mereka berdua.
“kita bicara lagi
nanti.” Seru Dimas dengan tatapan galak. Andra masuk dan menghampiri mereka.
“lagi pada ngapain
nih?” seru Andra, “tumben lagi lu jam segini udah dateng dim?” lanjut Andra.
Dimas tidak menjawab apa-apa dia meninggalkan Andra dan Olivia lalu pergi
kedapur. Dan melewati Andra begitu saja.
“kenapa dia?” Andra
bertanya pada Olivia yang ada dihadapnnya. Andra menunggu jawaban dari Olivia
tapi dia hanya diam dan tidak berani untuk menatap Andra.
“kenapa?” Andra
bertanya pada Olivia yang masih duduk terdiam.
“maafin aku dra.” Andra
kaget melihat Air mata Olivia yang jatuh perlahan membasahi pipinya, Andra
mengusap air mata Olivia dengan tangannya dan tiba-tiba Olivia memegang tangan
Andra yang mencoba mengusap air matanya. Seketika Andra tertegun dengan jantung
yang berdegup kencang. Berlahan Andra duduk dihadapan Olivia tanpa menarik
tangannya dari tangan Olivia.
Mereka saat ini sudah saling berhadapan, tetapi air mata
Olivia tetap tidak bisa berhenti. Bingung yang Andra rasakan sekarang melihat
Olivia tiba-tiba menangis, apa
jangan-jangan gara-gara Dimas. Pikir Andra.
“Dimas bilang yang
macem-macem ya?” Andra mencoba menghibur Olivia yang masih menangis
dihadapnnya. “dia emang suka berlebihan kaya gitu orangnya, kaya yang baru
kenal dia aja.”
“dan karena itu, apa
yang dia bilang soal aku dia selalu benar.” Olivia akhirnya berbicara.
“maksudnya?”
“kenapa kamu selalu
berharap lebih buat aku Andra? Dan kenapa aku selalu memberi harapan sama kamu?
Dan sekarang aku harus pergi ninggalin kamu.” Olivia seperti sedang memarahi
dirinya sendiri dan saat itu Andra bertambah bingung dengan apa yang diucapkan
oleh Olivia.
“aku mau menikah
Andra.” Kata-kata itu membuat Andra sangat tersentak kaget, Andra berdiri dan
melepaskan pegangan tangannya mundur beberapa langkah dari Olivia.
“bohongkan? Pasti
bohong.” Andra mencoba menenangkan dirinya sendiri.
“aku pulang untuk itu,
untuk mempersiapkan pernikahan. Barusan Dimas udah aku kasih tau dan bikin dia
marah gara-gara aku memberi sesuatu yang gak bisa aku pertanggung jawabkan. Dan
itu benar.” Andra termenung diam mendengar kata-kata Olivia. Olivia
berkata-kata dengan beruraian air mata.
“kamu bakal kemabli
lagi kan? Kamu bakal kembali lagi kan? JAWAB KALO KAMU BAKAL KEMBALI LAGI!!!”
Andra membentak Olivia dan membuat Olivia kaget baru pertama kali dia melihat
Andra seperti itu. Olivia menghampiri Andra yang terlihat kacaw.
“aku gak bakal kembali
nemuin kamu buat selamnya.” Hati Andra seperti disayat saat itu juga begitu
mendengar yang Olivia katakana, sunggu penantian yang sia-sia selama ini untuk
menunggunya. Olvia memegang tangan Andra untuk mencoba menenangkannya tetapi
Andra menepis tangan Olivia saat ia mencoba memegang tangan Andra.
“pergi.” seru Andra.
“maa…”
“PERGI!!!” Suara Andra
meninggi dan badannya tidak berhenti gemetar menahan marah yang sangat amat.
Tanpa berkata apa-apa lagi dan tetap menangis Olivia meninggalkan Andra
sendirian didalam café yang masih sepi.
Sebelum benar-benar meninggalkan café Olivia berbalik
menatap Andra yang diam mematung didalam café. tanpa diduga Andra berjalan
berlahan kearah Olivia yang berada dibalik pintu, Dan Andra membalikan papan
café menjadi Close. saat itu Olivia
benar-benar pergi mininggalkan café dan Andra sendirian untuk selamanya. Andra
menatap gadis yang ia selalu tunggu selama ini pergi menjau dan tak akan pernah
kembali.
Pintu belakang café
kembali terbuka, ternyata dimas datang masuk menghampiri Andra didepan pintu
yang masih menatap Olivia. Dimas menarik Andra untuk duduk.
” lu tau cinta bisa bikin
bahagia dan tiba-tiba bikin kita sakit? lu tau cinta bakal tiba-tiba datang
terus tiba-tiba pergi? Dan lu juga tau gara-gara cinta bisa saling benci? Tapi
kenapa lu masih disini buat nunggu cinta?” Seru Dimas.
“ini bukan cinta
biasa.” Jawab Andra singkat.
“ini bukan cinta, ini konyol.
Cinta itu saling menguatkan, saling menjaga saling membahagiakan. Lu
buang-buang waktu dra.” Dimas mencoba menjelaskan, Andra hanya diam. “lu cuma
butuh liat. Masih banyak orang disana yang masih ngarepin lu dra.” Lanjut
Andra.
Sore itu terlihat indah tapi tidak untuk Andra, sore itu
sangat kelam berwarna muram dan semu. Café saat itu tidak ramai seperti biasa,
sangat sepi. Andra masih terdiam dalam café. masih merenungkan semua perkataan
Dimas dan kejadian pada siang tadi. Semua hal yang dia perjuangkan selama ini
menjadi sia-sia dan tidak ada artinya lagi. Bener
kata dimas gw terlalu buang-buang waktu sama hal yang belum tentu, dan
mengabaikan hal yang udah pasti. belum tentu hal yang menurut kita bisa
membahagiakan dapat membahagiakan kita, kadang itu hanya ilusi. Tapi kepahitan
yang baru dapat menyadarkan diri kita dalam ilusi yang indah tapi menyakitkan.
Hanya butuh melihat sekeliling bahwa masih banyak yang dapet membahagiakan diri
kita. Pikir Andra dalam renungannya.
Pintu café terbuka
tanpa Andra sadari dan seseorang masuk melihat sekeliling yang terlihat hanya
sesorang yang duduk diam disalah satu bangku café.
“hari ini lagi libur
ya?” Suara yang tidak asing lagi diteling Andra. “liat kamu didalem aku masuk
aja.” Lanjut gadis itu dan Andra menoleh kearah suara yang barusan terdengar
oleh Andra.
“dinda.” Senyum Andra
mengembang kembali. Dan ternyata kesempatan kedua masih dibukakan oleh tuhan
untuknya. “gak tutup, buka kok.”
ketika
harapan begitu dekat, ternyata kenyataan begitu jauh didapat.
ketika
kenyataan dekat, ilusi memenuhi pikiran yang sedang mengidam cinta.
dan
ternya cinta itu tidak pernah ada disini.
Tapi
cinta akan selalu memberikan kesempatan kedua.
Ini
akan menjadi pelajaran.
Bukan
menjadi cinta biasa, tapi akan menjadi cinta yang luar biasa.
End.